Suatu hari di gua Hira, Muhammad SAW tengah
ber’uzlah, beribadah kepada Rabbnya. Telah sekian
hari ia lalui dalam rintihan, dalam doa, dalam puja dan
harap pada Dia Yang Menciptanya. Tiba-tiba muncullah sesosok
makhluk dalam ujud sesosok laki-laki. “Iqra!” katanya.
Muhammad SAW menjawab, “Aku tidak dapat membaca!” Lakilaki
itu merengkuh Muhammad ke dalam pelukannya, kemudian
mengulang kembali perintah “Iqra!” Muhammad memberikan
jawaban yang sama dan peristiwa serupa pun terulang hingga
tiga kali. Setelah itu, Muhammad dapat membaca kata-kata yang
diajarkan lelaki itu. Di kemudian hari, kata-kata itu menjadi
wahyu pertama yang yang diturunkan Allah kepada Muhammad
melalui Jibril, sang makhluk bersosok laki-laki yang menemui
Muhammad di gua Hira.
Sepulang dari gua Hira, Muhammad mencari Khadijah isterinya
dan berkata, “Selimuti aku, selimuti aku!”. Ia gemetar ketakutan,
dan saat itu, yang paling diinginkannya hanya satu, kehangatan,
ketenangan dan kepercayaan dari orang yang dicintainya.
Belahan jiwanya. Isterinya. Maka Khadijah pun menyelimutinya,
memeluknya dan mendengarkan curahan hatinya. Kemudian
ia menenangkannya dan meyakinkannya bahwa apa yang
dialami Muhammad bukanlah sesuatu yang menakutkan,
namun amanah yang akan sanggup ia jalankan.
Dalam sebuah pelatihan manajemen kepribadian. Para
instruktur yang juga para psikolog tengah mengajarkan
berbagai terapi penyembuhan permasalahan kejiwaan. Dari
semua terapi yang diberikan, selalu diakhiri dengan pelukan,
baik antar sesama peserta maupun oleh instrukturnya. Namun
demikian, mereka mempersilakan peserta yang tidak bersedia
melakukan pelukan dengan lawan jenis untuk memilih partner
pelukannya dengan yang sejenis. Yang penting tetap berupa
terapi pelukan. Menurut mereka, pelukan adalah sebuah terapi
paling mujarab hampir dari semua penyakit kejiwaan dan emosi.
Pelukan akan memberikan perasaan nyaman dan aman bagi
pelakunya.
Pelukan akan menyalurkan energi ketenangan dan kedamaian
dari yang memeluk kepada yang dipeluk. Pelukan akan
mengendorkan urat syaraf yang tegang. Hal ini juga dibenarkan
dari hasil penelitian bahwa, kita butuh empat kali pelukan per
hari untuk bertahan hidup, delapan supaya tetap sehat, dan dua
belas kali untuk pertumbuhan. Jika ingin terus tumbuh, kita
butuh dua belas pelukan per hari. Pelukan berkhasiat
menyehatkan tubuh. Pelukan merangsang kekebalan tubuh kita.
Pelukan membuat kita merasa istimewa. Pelukan memanjakan
sifat kekanak-kanakan yang ada dalam diri kita. Pelukan
membuat kita lebih merasa akrab dengan keluarga dan teman-teman.
Riset membuktikan bahwa pelukan dapat menyembuhkan
masalah fisik dan emosional yang dihadapi manusia di zaman
serba stainless steel dan wireless ini. Bukan hanya itu saja, para
ahli mengemukakan bahwa pelukan bisa membuat kita panjang
umur, melindungi dari penyakit, mengatasi stress dan depresi,
mempererat hubungan keluarga dan membantu tidur nyenyak.
(The Aladdin Factor, Jack Canfield & Mark Victor Hansen.”)
Helen Colton, penulis buku The Joy of Touching juga
menemukan bahwa ketika seseorang disentuh, hemoglobin
dalam darah meningkat hingga suplai oksigen ke jantung dan
otak lebih lancar, badan menjadi lebih sehat dan mempercepat
proses penyembuhan. Maka bisa dikatakan bahwa pelukan bisa
menyembuhkan penyakit “hati” dan merangsang hasrat hidup
seseorang. Berdasarkan hasil penelitian yang dikeluarkan oleh
jurnal Psychosomatic Medicine, pelukan hangat dapat
melepaskan oxytocin, hormon yang berhubungan dengan
perasaan cinta dan kedamaian. Hormon tersebut akan menekan
hormon penyebab stres yang awalnya mendekam di tubuh.
Hasil hasil penelitian tersebut, memberikan keterangan ilmiah
atas kecenderungan dalam diri setiap manusia untuk
mendapatkan ketenangan dan kehangatan melalui pelukan.
Penelitan tersebut memberikan fakta ilmiah atas besarnya
energi yang dapat disalurkan melalui pelukan.
***
Sayangnya, banyak dari kita dibesarkan dalam rumah yang di
dalamnya pelukan adalah sesuatu yang tidak lazim, dan kita
mungkin merasa tidak nyaman minta dipeluk dan memeluk.
Kita mungkin pernah digoda sebagai “si anak manja” jika sering
memeluk atau dipeluk Ayah, Ibu atau saudara kandung kita. Dan
jadilah kita atau remaja-remaja kita saat ini, tumbuh dengan
kekurangan energi pelukan.
Bisa jadi, kekurangan energi pelukan ini adalah termasuk salah
satu faktor yang menyebabkan maraknya kasus ketidakstabilan
emosi manusia seperti yang terjadi belakangan ini: tingginya
angka kriminalitas dan narkoba pada golongan anak dan remaja,
kesurupan di berbagai sekolah dan sebagainya.
Dan bisa jadi, sesungguhnya solusi untuk mengurangi berbagai
permasalahan itu sebenarnya sederhana saja: Pemberian
pelukan kasih sayang yang banyak kepada anak-anak dari orang
tuanya. Bukankah Rasulullah sangat gemar memeluk isteri, anak,
cucu, dan bahkan anak-anak kecil di lingkungannya dengan
pelukan kasih sayang? Bahkan pernah ada satu kisah ketika
Rasulullah mencium dan memeluk cucunya, seorang sahabat
menyatakan bahwa hingga ia punya 10 orang anak, tak satu pun
yang pernah ia curahi dengan peluk cium.
Rasulullah saat itu berkomentar, “Sungguh orang yang tidak mau
menyayang (sesamanya), maka dia tidak akan disayang.” (riwayat
Al-Bukhari)
***
So mulai sekarang, jangan ragu untuk memeluk ataupun minta
dipeluk. Apa yang kita perlukan saat kita marah, sedih ataupun
kecewa adalah sebuah pelukan, pelukan sayang dari suami,
orang tua atau orang yang kita kasihi.Pelukan itu dapat
menenangkan, membuat kita merasa nyaman dan disayang.
Begitu juga setelah adanya perang mulut atau berantem antara
suami istri? Saling memeluklah. Karenan pelukan itu akan
menurunkan emosi dan menenangkan hati. Pelukan itu akan
merekatkan kembali ikatan cinta antara suami istri setelah luka
dan kecewa yang sempat tertoreh. Pelukan itu, akan membuat
kehidupan rumah tangga menjadi makin mesra.
Segala sedih, segala marah, segala kecewa, dan segala beban
hilang oleh kehangatan pelukan. Selanjutnya jadikanlah pelukan
sebagai suatu kebiasaan dalam menjalani hari-hari. Hal pertama
yang saya inginkan ketika tiba di rumah sepulang dari kantor
atau dari bepergian adalah memeluk istri. Memeluknya erat-erat.
Itu saja. Tak Lebih. Hal pertama yang saya inginkan ketika
saya bangun dari tidur adalah memeluk dan dipeluk istri saya.
Memeluknya kuat-kuat. Itu saja. Bukan yang lainnya.
Jika kami bangun pada jeda waktu yang tak sama, maka ‘utang’
kebiasaan itu dilakukan setelah shalat lail atau shalat subuh. Jika
kami tidur di kamar yang berbeda, biasanya jelang subuh atau
habis shubuh, salah satu dari kami akan menyusul yang lainnya.
Hanya untuk satu hal saja: memeluk dan dipeluk.
Saat malam menjelang tidur, kami terbiasa tiduran dan saling
memeluk, berlama-lama sambil berbincang tentang aktifitas
kami seharian. Ada kata-kata yang minimal tiga kali sehari saya
ucapkan kepada istri saya, “I Love U” dan “Minta peluk!”
Rasanya ada yang kurang jika kekurangan pelukan dalam sehari.
Pelukan memberiku rasa aman dan nyaman. Pelukan, saya
rasakan memberikan kehangatan yang tak tergantikan oleh
apapun. Berani mencoba?
Kamis, 24 Februari 2011
Kamis, 17 Februari 2011
Suara Dari Dalam Hati (5) Hakikat Ukhuwah Menurut Ikhwanul Muslimin
Suara Dari Dalam Hati (5) Hakikat Ukhuwah Menurut Ikhwanul Muslimin
Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam atas Rasulullah saw beserta keluarganya dan para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya.
Wahai Ikhwan sekalian: sungguh Islam telah memberikan perhatian penuh akan adanya ikatan yang kuat pada sendi-sendi ukhuwah yang melahirkan di dalamnya cinta karena Allah SWT, dan menjadikan ukhuwah sebagai sarana pemersatu jiwa dan hati dan merupakan dasar pokok-pokok keimanan yang tidak akan sempurna keimanan seseoerang kecuali dengannya, dan tidak akan terealisir kecuali dengan keberadaannya; bahkan dijadikan sebagai ikatan yang paling erat dari pokok-pokok keimanan dan kesempurnaan nilai-nilainya, Allah berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌٌ
“Hanyalah orang-orang beriman yang memiliki ukhuwah”. (Al-Hujurat:10).
Dan Nabi saw bersabda:
الْمُسْلِمُ أَخو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يُسْلِمُهُ، وَلاَ يَخْذُلهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ
“Seorang muslim adalah saudara dengan muslim lainnya, tidak boleh menzhaliminya, tidak membiarkannya, tidak merendahkannya dan menghinakannya”. (Muttafaq alaih).
Dan Nabi saw juga bersabda:
مَثَل الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كمَثَل الْجَسَدِ الْوَاحِدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam kasih sayang, cinta kasih dan empati adalah seperti satu tubuh, jikasalah satu tubuh darinya mengadu pada suatu penyakit maka anggota tubuh lainnya akan merasa sakit dan begadang”. (Muttafaq alaih)
Karena itulah di antara salah satu rukun dari rukun baiat kita adalah ukhuwah, dan di antara salah satu dasar perbaikan sosial secara universal yang dibawa oleh Islam adalah memproklamirkan adanya ukhuwah di tengah umat manusia.
Makna ukhuwah menurut Ikhwanul Muslimin
Imam al-muassis (pendiri) Hasan Al-Banna semoga Allah merahmatinya berkata:
وأريد بالأخوة: أن ترتبط القلوبُ والأرواحُ برباط العقيدة، والعقيدة أوثق الروابطِ وأغلاها، والأخوَّة أخت الإيمان، والتفرُّقُ أخو الكفر، وأول القوة قوة الوحدة، ولا وِحْدَةَ بغير حب، وأقل الحب سلامة الصدر، وأعلاه مرتبة الإيثار
“Yang sangat maksud dengan ukhuwah adalah: mengikatnya hati-hati dan jiwa-jiwa ini dengan ikatan aqidah, dan aqidah merupakan ikatan yang paling kokoh dan paling mahal harganya, dan ukhuwah adalah saudara keimanan, sementara perpecahan adalah teman dari kekufuran, kekuatan yang utama adalah persatuan dan tidak ada persatuan tanpa cinta, dan cinta paling rendah adalah lapang dada, sementara yang paling tinggi adalah itsar.
وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمْ الْمُفْلِحُونَ
“Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”. (Al-Hasyr:9)
Al-akh yang jujur adalah yang melihat saudaranya lebih utama daripada dirinya sendiri; karena jika tidak dengan mereka maka dirinya tidak bersama dengan yang lainnya, dan jika mereka tidak bersama dengannya maka mereka akan bersama dengan yang lainnya,
إِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ مِنَ الْغَنَمِ الْقَاصِيَةَ
“Sesungguhnya Serigala akan makan domba yang tersesat sendirian”. (Abu Daud dan ditashih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim)
dan nabi saw bersabda:
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ، يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Seorang Mukmin terhadap mukmin yang lainnya seperti bangunan, saling memperkokoh sebagiannya dengan sebagian lainnya”. (Muttafaq alaih).
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
“Dan orang-orang beriman laki-laki dan wanita sebagian mereka menguatkan sebagian lainnya”. (At-Taubat:71).
Demikianlah yang seharusnya terjadi
Ukhuwah menurut kami adalah agama, dan Ikhwanul Muslimin masih terus berambisi dan bersemangat untuk mewujudkan ukhuwah yang benar dan sempurna di antara mereka, bersungguh-sungguh untuk tidak memperkeruh kemurnian dan kesucian hubungan mereka sedikitpun, menyadari bahwa ukhuwah dalam agama adalah sebaik-baik sarana yang dapat mendekatkan diri dengannya kepada Allah, dan tetap memelihara kemuliaan derajat yang tinggi, dan oleh karena itu mereka juga berambisi untuk selalu memperhatikan hak-haknya sehingga mampu membersihkan hal-hal yang dapat membuat keruh dan dari bisikan-bisikan syaitan, dan para ulama telah menjadikan serendah-serendahnya derajat ukhuwah adalah berinteraksi dengan saudaranya dengan apa yang dicintai dalam berinteraksi dengannya.
Dan di antara hak-hak ukhuwah adalah sabar terhadap kesalahan al-akh sampai dirinya mampu mengembalikannya pada kebenaran tanpa dibesar-besarkan (publikasi) akan kesalahannya atau menyebarkan kesalahan dan kekeliruannya. Abu Darda berkata:
إذا تغيَّر أخوك وحال عما كان عليه فلا تَدَعْه لأجل ذلك؛ فإن أخاك يَعْوَجُّ مرةً ويستقيم أخرى
“Jika saudara Anda berubah dan bertingkah dari apa dalam dirinya maka janganlah ditinggal karena hal tersebut; karena boleh jadi saudara Anda bengkok (salah) pada suatu saat namun lurus kembali pada saat yang lain”.
Ibrahim An-Nakha’i berkata:
لا تَقْطَعْ أَخَاك وَلا تَهْجُرْهُ عِنْدَ الذَّنْبِ، فَإِنَّهُ يَرْتَكِبُهُ الْيَوْمَ وَيَتْرُكُهُ غَدًا
“Janganlah engkau memutus hubungan saudara atau meninggalkannya di sisi serigala, karena boleh jadi suatu kali dirinya salah namun esoknya dapat ditinggalkan”. Dalam atsar yang lain disebutkan:
به أو إشاعةٍ لزلاته، قال أبو الدرداء: “”، وَقَالَ إبراهيم النَّخَعِيُّ: “”، وجاء في بعض الآثار: قال عيسى عليه السلام للحواريين: “كيف تصنعون إذا رأيتم أخاكم نائمًا وقد كشف الريحُ ثوبَه عنه؟” قالوا: نستره ونُغَطِّيه، قال: بل تكشفون عورته! قالوا: سبحان الله! مَن يفعل هذا؟ فقال: “أحدُكم يسمعُ بالكلمةِ في أخيه فيزيدُ عليها ويُشِيعُها بأعظمَ منها
Nabi Isa berkata kepada al-hawariyun: Bagaimana kalian memperlakukan saudara kalian jika melihatnya tidur lalu angin bertiup dan menyingkap pakaiannya? Mereka menjawab: akan kami singsingkan bajunya dan menutupinya. Nabi Isa: namun kalian akan menyingkapkan auratnya! Mereka berkata: Maha suci Allah! Siapakah yang melakukan demikian? Beliau berkata: Salah seorang dari kalian yang mendengar ucapan tentang saudaranya kemudian ditambah-tambah olehnya dan disebarkannya dengan sesuatu yang lebih darinya”.
Dan bahkan pada saat berbeda pendapat dengan Ikhwan, maka ikatan ukhuwah harus mampu melindungi mereka dari terjadinya saling membuka aib, atau menyebarkan syubhat, atau membuat cerita bohong, dan hendaknya mereka memelihara ungkapan seorang ulama fiqih imam Syafi’i semoga Allah merahmatinya:
الحُرُّ مَنْ رَاعَى وِدَادَ لَحْظَةٍ، وَانْتَمَى لِمَنْ أَفَادَه لَفْظَةً
“Orang yang merdeka adalah orang yang mampu melindungi kasih sayang sesaat, dan loyal pada orang yang memanfaatkannya ucapannya”.
Dan di antara hak-hak ukhuwah yang diserukan oleh Ikhwanul Muslimin adalah apa yang telah disampaikan oleh Al-Fudhail bin Iyadh semoga Allah merahmatinya:
نَظَرُ الأخِ إلى وجه أخيه على المودَّةِ والرحمةِ عبادةٌ، فلا تصحُّ المحبةُ في الله عزَّ وجلَّ إلا بما شرط فيها من الرحمة في الاجتماع والخلطة، وعند الافتراق: بظهور النصيحة، واجتناب الغيبة، وتمام الوفاء، ووجود الأنس، وفقد الجفاء، وارتفاع الوحشة
Dan juga disebutkan: Jika terjadi ghibah maka hilanglah ukhuwah. Begitu indah dan lembut ungkapan seorang salaf yang menyampaikan nasihat kepada saudaranya yang meninggalkan dirinya:
Sampaikanlah kepada saya; saya telah jahat seperti yang engkau katakan
Karena itu, dimanakah kasih sayang dalam ukhuwah
Atau jika Anda jahat sebagaimana aku jahat
Maka, dimanakah karuniamu dan kasih sayangmu
Dan bukanlah bagian dari akhlaq seorang akh muslim ketika selalu membeberkan sebab-sebab aib pada saat berdirinya berbeda pendapat dari saudaranya atau yang lainnya, atau berusaha meremehkan kelebihannya, atau menghina perbuatan dan pemberiannya. Al-Faruq Umar bin Khattab memberikan satu nasihat: “Janganlah cintamu dijadikan sebagai beban, dan jangan jadikan pula marah mu sebagai kehancuran. Kemudian ada yang bertanya: bagaimanakah maksudnya? Umar berkata:
لا يَكُنْ حُبُّكَ كَلَفًا، وَلا يَكُنْ بُغْضُكَ تَلَفًا”، فلما سُئل: وكيف ذلك؟ قال: “إِذَا أَحْبَبْتَ فَلا تَكْلَفْ كَمَا يَكْلَفُ الصَّبِيُّ بِالشَّيْء يُحِبُّهُ، وَإِذَا أَبْغَضْتَ فَلا تَبْغَضْ بُغْضًا تُحِبُّ أَنْ يَتْلَفَ صَاحِبُكَ وَيَهْلِكَ
“Jika Anda mencintai jangan berlebihan seperti cintanya seorang bayi pada sesuatu secara berlebihan, dan jika Anda marah maka jangan membuat Anda senang hancurnya saudara Anda dan celaka”. (Bukhari dalam kita Adab) Hasan bin Ali berkata:
لا تُفْرِطْ فِي حُبِّكَ، وَلا تُفْرِطْ فِي بُغْضِكَ، مَنْ وَجَدَ دُونَ أَخِيهِ سِتْرًا فَلا يَكْشِفْ
“Janganlah Anda berlebihan dalam mencintai sesuatu, dan jangan pula berlebihan dalam membenci sesuatu, dan barangsiapa yang menemukan pada saudaranya tanpa sitar (penutup) maka janganlah disingkap lagi”. (Abdul Razaq).
Dan diantara hak-hak ukhuwah adalah memberikan nasihat dengan adab-adab syar’i: jangan diumbar dan di depan umum, jangan disakiti dihadapan khalayak ramai dan pada suatu lembaga, dan jangan diungkap rahasia dirinya, jangan dibuat-buat dan dusta, tidak ada pembenaran penggunaan segala cara terhadap suatu kesalahan, tidak ada mujamalah dalam menghitung suatu kebenaran, tidak cenderung pada sakit hati dan pemenangan hawa nafsu, namun harus dengan nasihat yang aman dan benar serta jujur, bebas dari tuduhan, ditunaikan sesuai dengan amanah, dengan diringin adalah kasih sayang, dan menumbuhkan perasaan ukhuwah.
Ukhuwah adalah rahasia kekuatan dakwah kita:
Sesungguhnya ukhuwah yang kami sebutkan hak-haknya, wahai Ikhwanul Muslimin adalah sebuah batu yang mampu menghancurkan gelombang konspirasi dan usaha menguasai dakwah kita yang penuh berkah ini, dan ia merupakan titik awal sebuah kemenangan.
وَإِنْ يُرِيدُوا أَنْ يَخْدَعُوكَ فَإِنَّ حَسْبَكَ اللهُ هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ. وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ. يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللهُ وَمَنْ اتَّبَعَكَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan jika mereka bermaksud menipumu, Maka Sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan Para mukmin, dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman)[622]. walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha gagah lagi Maha Bijaksana. Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu”. (Al-Anfal:62-64)
Wahai Ikhwanul Muslimin: Sungguh nabi saw telah memaklumatkannya dengan jelas dan gamblang:
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيث، وَلاَ تَحَسَّسُوا، وَلاَ تَجَسَّسُوا، وَلاَ تَحَاسَدُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا
“Jauhilah kalian akan buruk sangka, karena buruk sangka adalah sedusta-dusta ucapan, dan janganlah kalian saling menduga-duga, jangan saling mengintai, jangan saling hasad, jangan saling berkonspirasi, jangan saling benci (marah), namun jadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara“. (Muttafaq alaih).
Umat Islam di masa awal memahami dari Islam akan makna ukhuwah ini, merasuk dalam aqidah dan agama Allah secara kekal akan perasaan cinta dan bersatu serta berkasih sayang, dan fenomena yang paling mulia adalah ukhuwah dan ta’aruf, sehingga seakan mereka menjadi sosok yang satu, satu hati, satu tangan, maka Allah pun mewujudkan pada mereka kemenangan, kemuliaan dan kejayaan.
Karena itulah, marilah kita berpegang teguh pada ukhuwah yang kekal ini yang niscaya tidak akan sirna sekalipun dunia akan hancur, sekalipun hari-hari akan hilang dan berlalu namun ukhuwah akan tetap kekal sepanjang masa, dan hendaklah kita terus memelihara dan berambisi untuk menunaikan hak-hak ukhuwah ini, merasakan nilai-nilainya, menjaga wirid Rabithah setiap hari. Semoga Allah tetap bersama kalian dan tidak menyia-nyiakan perbuatan kalian.
Allah Maha besar dan segala puji hanya milik Allah
Muhammad Mahdi Akif
Mursyid Am Ikhwanul Muslimin
Renungan buat mujahidah
Sepucuk warkah indah dititipkan buat "mujahidah-mujahidah di luar sana..juga ana di sini..“ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKAATUH “ seuntai kata dari warkah itu mulai di baca..“WAALAIKUMUSSALAM WARAHMATULLAHI WABARAKAATUH” jawab gadis-gadis anggun berjilbab itu-lagi.“ukhti… yang dinantikan syurga “ satu persatu murobbiyah mulai mengalirkan kata-kata dari warkah yang di bacanya..Ukhti..Labuhnya tudung dan jilbabmu tidak menjamin sama dengan besarnya semangat jihadmu menuju redha tuhanmu,mungkinkah labuhnya tudungmu hanya sebagai fesyen atau gaya zaman sekarang, atau mungkin tudung labuhmu hanya dijadikan alat perangkap busuk supaya berjaya mendapatkan ikhwan yang diidamkan bahkan mungkin tudung labuhmu hanya akan dijadikan sebagai identitimu saja, supaya bisa mendapat gelaran akhawat dan dikagumi oleh ramai ikhwan.Ukhti…tertutupnya tubuhmu tidak menjamin mampu menutupi aib saudaramu, keluargamu bahkan diri antum sendiri, cubalah perhatikan sekejap saja, apakah aib saudaramu, temanmu bahkan keluargamu sendiri sudah tertutup, bukankah kebiasaan buruk seorang perempuan selalu terulang dengan tanpa disedari melalui kata-kata umpatan yang sudah membekas semua aib keluargamu, aib saudaramu, bahkan aib temanmu melalui lisan manismu.Ukhti…lembutnya suaramu mungkin selembut sutera bahkan lebih daripada itu, tapi adakah kelembutan suara antum sama dengan lembutnya kasihmu pada saudaramu, pada anak-anak jalanan, pada fakir miskin dan pada semua orang yang menginginkan kelembutan dan kasih sayangmu..Ukhti…lembutnya parasmu tak menjamin selembut hatimu, adakah hatimu selembut salju yang mudah meleleh dan mudah terketuk ketika melihat segerombolan anak-anak Palestin terlihat gigih berjuang dengan berani menaruhkan jiwa dan raga bahkan nyawa sekalipun sehingga titisan darah terakhir, adakah selembut itu hatimu atau sebaliknya hatimu sekeras batu yang gah dan tidak terkesan melihat ketertindasan orang lain.Ukhti…rajinnya tilawahmu tak menjamin serajin dengan solat malammu, mungkinkah malam-malammu dilewati dengan rasa rindu menuju Tuhanmu dengan bangun di tengah malam dan ditemani dengan butiran-butiran air mata yang jatuh ke tempat sujud mu serta lantunan tilawah yang tak henti-hentinya beralun membuat syaitan terbirit-birit lari ketakutan, atau sebaliknya, malammu selalu di selimuti dengan tebalnya selimut syaitan dan dilayan dengan bobokan mimpi-mimpi khayalmu bahkan lupa bila bangun solat subuh.Ukhti…cerdasnya dirimu tak menjamin mampu mencerdaskan sesama saudaramu dan keluargamu, Mungkinkah temanmu boleh ikut bergembira menikmati ilmu-ilmunya seperti yang antum dapatkan, atau antum tidak peduli sama sekali akan kecerdasan temanmu, saudaramu bahkan keluargamu, sehingga membiarkannya begitu saja sampai mereka jatuh ke dalam lubang yang sangat mengerikan yaitu maksiat..Ukhti…cantiknya wajahmu tidak menjamin kecantikan hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan diri antum sendiri, pernahkah antum menyedari bahawa kecantikan yang antum miliki hanya titipan ketika muda, apakah saat usia tujuh puluh tahun nanti antum masih terlihat cantik, jangan-jangan kecantikanmu hanya dijadikan perangkap jahat supaya bisa menakhluki hati ikhwan dengan senyuman-senyuman busukmu..Ukhti…tundukan pandanganmu yang jatuh ke bumi tidak menjamin sama dengan tunduknya semangatmu untuk berjihad menundukkan musuh-musuhmu, terlalu banyak musuh yang akan antum hadapi mulai dari musuh-musuh Islam tercinta hinggalah musuh hawa nafsu peribadimu yang selalu haus dan lapar terhadap perbuatan jahatmu..Ukhti…tajamnya tatapanmu yang menusuk hati, menggoda jiwa tidak menjamin sama dengan tajamnya kepekaan dirimu terhadap warga sesamamu yang tertindas di Palestin mahupun Iraq, pernahkah antum menangis ketika mujahid dan mujahidah kecil tertembak mati, atau dengan selambanya membiarkan begitu saja, pernahkah antum merasakan bagaimana rasanya berjihad yang di lakukan oleh para mujahidah-mujahidah teladan..Ukhti…lirikan matamu yang menggetarkan jiwa tidak menjamin dapat menggetarkan hati saudaramu yang suka dan tega bermaksiat, cuba antum perhatikan dunia sekelilingmu masih ramai teman,saudara bahkan keluarga antum sendiri belum merasakan manisnya islam dan iman. Mereka belum merasakan apa yang antum rasakan, boleh jadi salah seorang daripada keluargamu masih gemar bermaksiat, berpakaian seksi dan tidak mengikut syariat juga berperilaku binatang yang tidak keruan, sanggupkah antum menggetarkan hati-hati mereka supaya mereka mampu sama-sama merasakan apa yang kamu rasakan iaitu betapa indah dan lazatnya hidup dalam kemuliaan islam..Ukhti…tebalnya tudung dan jilbabmu tidak menjamin setebal imanmu pada sang khalikmu, antum adalah salah satu sasaran syaitan durjana yang selalu mengintai dari semua penjuru mulai dari depan, belakang, atas mahupun bawah semua syaitan mengintaimu, imanmu dalam bahaya, hatimu dalam ancaman, tidak lama lagi imanmu akan terumbang ambing oleh ombak tipu daya syaitan jika imanmu tidak betul-betul di jaga olehmu, banyak cara yang harus antum lakukan mulai dari diri sendiri, dari yang paling kecil dan seharusnya dilakukan sejak dari sekarang,bila lagi antum harus cuba….Ukhti…Putihnya kulitmu tidak menjamin seputih hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan keluargamu sendiri, masihkah hatimu terpelihara dari berbagai penyakit yang merugikan seperti riya’ dan sombong, pernahkah antum membanggakan diri ketika kejayaan dakwah telah diraih dan merasa diri paling gah, merasa diri paling aktif, bahkan merasa diri paling cerdas di antara rata-rata akhawat yang lain, sesombong itukah hatimu?? lalu di manakah beningnya hatimu, dan putihnya cintamu pada Yang Esa?Ukhti…rajinnya belajarmu tidak menjamin serajin infaqmu ke masjid atau musolla, sedarkah antum bahawa kotak-kotak derma dan sedekah di masjid masih terlihat kosong dan mengkhuatirkan, tidakkah antum memikirkan infaq sedikit saja, bahkan kalaupun infaq, kenapa wang yang paling kecil dan paling lusuh yang antum masukkan, mahukah antum di beri rezeki seperti itu?Ukhti…rutinnya halaqahmu tidak menjamin serutin puasa sunat Isnin Khamis yang antum laksanakan , kejujuran hati tidak mampu di bohongi, tika semangat fizikal begitu bergelora untuk di laksanakan tapi, semangat rohani tanpa disedari turun drastik, puasa yaumul bith pun kadang kala dilupakan, apalagi puasa senin Khamis yang di rasakan terlalu rutin dalam seminggu, separah itukah hati antum, makanan fizikal yang antum fikirkan dan ternyata ruhiyah pun memerlukan stok makanan, kita tidak pernah memikirkan bagaimana akibatnya kalau ruhiyah kurang gizi seimbang.Ukhti…manisnya senyummu tak menjamin semanis rasa kasihmu terhadap sesamamu, kadang kala sikap mu terlalu banyak mengecewakan orang sepanjang jalan yang antum lewati, sikap ramahmu pada orang yang antum temui sangat jarang terlihat, bahkan selalu dan selalu terlihat sombong dan menyebalkan, kalau itu kenyataannya bagaimana orang lain akan simpati terhadap komuniti dakwah yang memerlukan banyak sokongan dan kadernya.. ingat!!! Dakwah tidak memerlukan antum tapi… antumlah yang memerlukan dakwah, kita semua memerlukan dakwah‼Ukhti…rajinnya solat malammu tidak menjamin keistiqamah rasulullah sebagai idolamu..Ukhti…ramahnya sikapmu tidak menjamin seramah sikapmu terhadap sang khalikmu, masihkah antum senang bermanja-manjaan dengan tuhanmu dengan solat dhuhamu, solat malammu?Ukhti…dirimu bagaikan kuntuman bunga yang mulai mekar dan mewangi, mahukah nama harummu di sia-siakan begitu saja atau bersediakah antum ketika sang mujahid akan segera menghampirimu..Ukhti…masih ingatkah antum terhadap pepatah yang masih terngiang-ngiang sampai saat ini bahawa akhawat yang baik hanya untuk ikhwan yang baik, jadi siap-siaplah sang syuhada akan menjemputmu di pelaminan hijaumu..Ukhti…Baik buruk parasmu bukanlah satu-satunya jaminan arah tuju kejayaan masuknya kedalam syurga rabbmu.maka, usah berbangga diri dengan parasmu yang molek, tapi berbanggalah ketika iman dan taqwamu sudah betul-betul terasa dan terbukti dalam hidup sehari-harimu..Ukhti…muhasabah yang antum lakukan masihkah terlihat rutin dengan menghitung-hitung kejelekan dan kebusukan kelakuan antum yang di lakukan siang hari, atau bahkan kata muhasabah itu sudah tidak terlintas lagi dalam hatimu, sungguh lupa dan sirna tidak ingat sedikit pun apa yang harus di lakukan sebelum tidur, antum tidur dengan dengkuran begitu saja dan tidak pernah kenal apa itu muhasabah sampai bila akhlak busuk mu di lupakan, kenapa muhasabah tidak di jadikan sebagai saat untuk memperbaiki diri?? bukankah akhawat yang hanya akan mendapatkan ikhwah yang baik?Ukhti…pernahkah antum bercita-cita ingin mendapatkan suami ikhwan yang ideal, wajah yang tampan lagi manis, badan yang sasa,dengan langkah tegap dan pasti, bukankah apa yang antum fikirkan sama dengan yang ikhwan fikirkan iaitu ingin mencari isteri yang solehah dan seorang mujahidah, kenapa tidak dari sekarang antum mempersiapkan diri menjadi seorang mujahidah yang solehah.Ukhti…apakah kebiasaan buruk wanita lain masih ada dan hinggap pada diri antum,seperti bersikap pemalas dan tak punya tujuan atau asyiknya menonton TV yang tidak keruan dan hanya kan mengeraskan hati sampai lupa waktu, lupa membantu orang tua, bilakah antum akan menjadi anak yang birruwaalidain, kalau memang itu sikap antum..sampai bila?? Bila antum akan mendapat gelaran mujahidah atau akhawat solehah??Ukhti…apakah pandanganmu sudah terpelihara, atau pura-pura tunduk ketika melihat seorang ikhwan dan terlepas dari itu matamu kembali liar layaknya mata harimau mencari mangsa, atau tunduknya pandangannmu hanya menjadi alasan belaka kerana merasa bertudung labuh la..Ukhti… hatimu di jendela dunia, dirimu menjadi pusat perhatian semua orang, sanggupkah antum menjaga izzah yang antum milikinya?? atau sebaliknya antum bersikap acuh tak acuh terhadap penilaian orang lain dan hal itu menjadi penyebab rosaknya diri dan akhlak akhawat yang lain, kadang-kadang orang lain akan membuat persepsi bahawa akhawat yang rosak akhlaknya sama sahaja dengan akhawat yang lain, jadi jika antum sendiri membuat kebaculan akhlak maka pasti ia memberi impak pada diri akhawat yang lain juga…Ukhti…dirimu menjadi dambaan semua orang, kerana yakinlah pengemis sekalipun, bahkan perompak sekalipun tidak menginginkan isteri yang akhlaknya buruk tapi semua orang menginginkan isteri yang solehah, siapkah kita sekarang menjadi isteri solehah yang menjadi dambaan pemuda- pemuda mulia?? .
Langganan:
Postingan (Atom)